Resah
Mendadak aku kembali merasakan rasa ---resah--- itu. Entah mengapa, aku kembali kehilangan semangatku untuk menemukan-Nya.
Aku hanyalah seseorang yang berteriak didalam air. Teriakanku tidak akan pernah terdengar oleh telingamu. Semua akan tenggelam dan hilang begitu saja.
www.flickr.com |
Mendadak aku kembali merasakan rasa ---resah--- itu. Entah mengapa, aku kembali kehilangan semangatku untuk menemukan-Nya.
Tak terasa tujuh tahun berlalu, sejak pertama kali aku memegang disket dan obeng, untuk menekuni profesiku sebagai seorang teknisi dan programmer komputer. Tujuh tahun dan membawa aku ke puncak kejenuhan (bingung) berbisnis dibidang IT --- Warnet dan ISP, berkutat dengan mouse, keyboard memandangi monitor yang dipenuhi kode dan skrip yang membikin pusing, terkurung di ruangan yang sumpek dan dingin. Benar-benar tujuh tahun yang dipenuhi dengan tingkat stress dan tekanan yang sangat tinggi. Tapi jangan salah, aku tidak menyesalinya. Karena memang itulah hidup yang aku cita-citakan sejak sekolah dan kini semua sudah tercapai.
Knowledge is Belong to The World --- Antitrust
Wow! obsesiku untuk membuat Linux mirip Windows semakin menjadi-jadi saja, mengalahkan agenda eksperimen yang lainnya.
Apa Keuntungan Linux dibanding Windows? --- Tidak ada!
Masih berkutat pada tampilan desktop, aku akhirnya menemukan bahwa RH9 masih menggunakan GTK+-1.x padahal ada sebuah desktop environment yang harus di compile menggunakan GTK+-2.x, sayang sekali. Hari ini boleh dikatakan semua eksperimen tidak membuahkan hasil apa-apa. Dan aku sendiri hampir memutuskan untuk kembali membangun LFS.
Setelah hampir 2 tahun tanpa kegiatan apa-apa. Aku mengambil inisiatif untuk mengaktifkan kembali situs KPLi Banjarmasin dan aku hosting di Ethekwini. Untung saja ada engine Drupal, sehingga sangat mempersingkat waktu ku dalam menghadirkan lagi sebuah website dengan fungsi yang sangat komplit.
Benar-benar sebuah pengalaman yang sangat menyenangkan. Bereksperimen dengan Linux. Sejak dua hari terakhir ini aku habiskan waktuku untuk bereksperimen dengan Linux Redhat 9. Hasilnya sangat menyenangkan dan memuaskan. Tapi tentunya kepuasan itu tidak akan berhenti disini saja.
Inilah cara pemerintah menyenangkan rakyat, atau malah membuat rakyat semakin bodoh. Lagi-lagi muncul ide aneh pemerintah untuk memberikan subsidi kepada 4000 warnet yang tersebar di Indonesia. Satu warnet dapat jatah Rp.32,5 juta, menyenangkan sekali. Tapi bukankah lebih baik kalau uang segitu dipergunakan untuk hal lain? misalnya memberikan kesejahteraan pada staff, menambah fasilitas atau merenovasi warnet agar lebih nyaman dan menyenangkan. Daripada uang Rp.32,5 juta itu diserahkan dengan suka rela kepada Microsoft. Masalah software kan masih bisa disiasati dengan mudah murah dan meriah, yaitu migrasi ke Linux. Ada-ada saja memang pemerintah ini. Baru-baru saja mencabut subsidi BBM, kini dengan gampangnya mengeluarkan subsidi baru.
Seharian ini aku habiskan menyatronin blogger-blogger para dedengkot seperti Iman Priyadi, Idban Secandri, Mohammad Damt dan Ronny Haryanto.
Benarkah? Mungkin saja.