www.flickr.com

20 April 2006

Indra Ke Enam

Setiap kita memiliki lima indra, yaitu melihat, mengecap, membau, mendengar, dan meraba. Namun yang aku ingat, sejak sekitar berumur 15 tahun, aku sudah merasakan keanehan dalam diriku. Aku mampu merasakan sesuatu diluar apa yang mampu dirasakan oleh ke lima indra yang lain. Seperti apa aku pun sangat sulit untuk menjelaskannya, yang jelas aku tahu. Merasakan berbagai perasaan yang aneh ketika aku berhadapan dengan orang lain, atau merasakan sesuatu akan terjadi, membuatku enggan bertemu dengan orang lain. Sampai-sampai aku merasa takut sekali dan jarang keluar dari kamarku, bahkan untuk sekolah sekalipun.

Perlahan aku mulai terbiasa merasakan sesuatu dari orang lain, merasakan hal-hal disekitarku, mengetahui apa yang seharusnya tidak aku ketahui. Aku mulai menyadari dan memaklumi bahwa diriku berbeda, aku belajar jauh lebih cepat dari orang lain, karena terkadang aku sudah tahu jawabannya. Aku memprediksi begitu akurat karena aku sudah tahu sesuatu akan terjadi sebelumnya. Sampai hujanpun seolah bermain-main denganku, jika aku ingin maka turunlah titik-titik hujan, jika aku tidak ingin maka berhentilah. Aku mulai merasakan bahwa ada orang-orang lain disekitarku, bersamaku, mereka yang membimbingku. Ilusi? atau hanya sebuah hayalan, teman rekaan dari sesorang yang sudah hampir kehilangan akal sehat?

Masa-masa SMU, adalah saat terberat bagiku. Disaat aku mencari-cari jati diriku, disaat itu pula aku merasakan banyak hal aneh pada diriku. Syukurlah meskipun aku jarang sekali masuk sekolah, tapi seluruh nilai mata pelajaranku cukup tinggi, mungkin karena aku sudah mengetahui jawaban dari setiap soal. Bahkan aku dapat membuktikan mendapatkan Nilai Ebtanas Murni (NEM) tertinggi ke-2 disekolahku. Hanya satu yang aku ingat, saat memilih jawaban A, B, C, D dan E. Aku hanya memejamkan mataku dan merasakan mana jawaban yang paling benar.

Akupun mampu memanipulasi alat instrumen kesehatan. Menghentikan detak jantungku, menghentikan aliran darah ke tangan dan kakiku sehingga sedingin es, menghilangkan denyut nadiku, semua seolah menjadi permainan yang sering aku lakukan untuk membuat orang lain keheranan bahkan menyangka aku sakit.

Semua tidak berakhir disitu saja, aku mulai bisa memasuki pikiran orang lain, melihat apa yang mereka lihat, merasa apa yang mereka rasakan dan aku merasa aku dapat membuat mereka melakukan apa yang aku mau. Dan akupun mulai merasa tidak betah menyimpan rahasia bahwa aku memiliki keanehan seperti ini. Dan aku mulai bercerita, kepada orang terdekatku. Dia menyarankan padaku untuk hidup normal saja.

Lambat laun aku berusaha melupakan dan tidak lagi mempergunakan hal-hal yang mampu aku lakukan. Seiring itu pula aku tidak pernah mempermainkan sang hujan lagi, aku tidak pernah berusaha memasuki pikiran orang lagi, aku tidak pernah lagi memperdulikan apa yang akan terjadi besok hari meskipun aku sudah mengetahuinya hari ini.

Kini 10 tahun sudah sejak pertama kali aku menyadari bahwa aku mempunyai indra ke enam. Meskipun banyak hal yang sudah aku lupakan, masih saja tersisa kemampuanku untuk merasakan sesuatu. Mengetahui kapan gadis kecilku lahir, merasakan seseorang akan meninggal, meramalkan apa yang akan terjadi dan bahkan aku sudah tau bagaimana hidupku nanti.

Diantara rasa ingin berhenti, ingin tidak mengetahui, namun terkadang aku menyadari bahwa mengetahui segala sesuatu dengan jauh lebih dalam tidak ada salahnya juga. Namun aku merasa sangat takut. Aku merasa gelisah ketika aku harus tau seseorang akan pergi, aku harus tau apa yang terjadi dengan mereka, dan meskipun aku tahu aku harus pasrah, karena aku tidak mungkin menghentikan semua itu untuk terjadi.

Jangan pernah merasa harus percaya, bahkan orang-orang terdekatku terkadang meragukan apa yang aku katakan, meskipun kemudian banyak hal yang terjadi dan semua itu benar. Tapi itu tidaklah penting, hanya saja aku tahu dan itu sudah cukup bagiku. Hanya Allah yang mengerti dan maha mengetahui rahasia ini, aku bukanlah apa-apa, dan aku tidak ingin menjadi siapa-siapa.