www.flickr.com

22 July 2005

War of The Net

War of The Net ini bukan latahan dari film karya Stephen Speilberg yang dibintangi oleh Tom Cruise, War of The World. Tapi ini adalah sebuah fenomena bisnis warnet di kota Banjarmasin.

Fenomena akankah kembali berulang ataukah ini memang bisnis latahan?

Akhir dekade 19, tahun-tahun awal bagiku mengenal dunia internet. Tahun awal aku bersama tim ku menjalin kerjasama dengan sebuah BUMN untuk membangun warnet pertama di kota Banjarmasin. Tahun-tahun pertama yang sangat melelahkan, dimana kami harus berjuang keras memberikan pengertian dan pengetahuan awal pada masyarakan Banjarmasin yang umumnya masih belum mengenal internet seperti sekarang.

Diawal dekade 20, aku kembali membangun warnet modal swasta pertama di Banjarmasin. Kembali masa-masa pembelajaran gratis itu terjadi, dengan imbuhan yang masih aku ingat sampai sekarang "main internet tutorial gratis." Disinilah demam internet itu berawal, dan demam mendirikan warnet pun menjalar di benak-benak pemodal Banjarmasin.

Akhirnya munculah bagaikan jamur, warnet demi warnet. Mulai dari 10 komputer, 20 komputer bahkan sampai 40 komputer. Mulai dari 1 cabang, 2 cabang dan bercabang-cabang dimana-mana. Meskipun pada saat itu yang diandalkan hanyalah koneksi dial-up.

Disaat jumlah user masih sedikit dan hampir tidak sebanding dengan jumlah komputer ditiap warnet jika dijumlahkan, hasilnya mulai sepilah warnet-warnet tersebut dari pengunjung. Mulailah 'War' of the Net itu terjadi.

Bukan lagi perang fasilitas, perang diskon, perang harga ... tapi benar-benar perang koneksi internet. Satu persatu subnet provider berjatuhan, pengusaha warnet bukan lagi sibuk mengurus pelanggan tapi sibuk mengurusi koneksi yang putus sambung dan sambung tapi tidak bisa dipakai apa-apa 'lag'. Derit modem yang menandakan redial terdengar dari menit ke menit.

Frustasi! pelanggan frustasi karena tidak mendapatkan apa-apa dari internet selain pelajaran bahwa internet itu tempat yang menjemukan karena harus menunggu selama itu untuk mendapatkan sebuah informasi akibat koneksi jaringan yang lambat dan lag.

Frustasi! pengusaha frustasi karena hari ini pendapatan mereka tidak mencukupi untuk membayar biaya operasional baik listrik, koneksi internet dan gaji karyawan. Selain keringat dingin yang mengalir karena setiap kali mendengar suara derit modem, darah seakan berhenti mengalir, jantung berhenti berdetak... takut para pelanggan akan pergi dan tidak akan kembali lagi.

Tak ayal lagi hanya dalam hitungan minggu, bulan, tahun ... satu demi satu warnet-warnet yang semula di investasi dengan modal puluhan bahkan ratusan juta harus menghadapi kenyataan bahwa bisnis internet sama sekali bukanlah bisnis yang mendatangkan profit melainkan hanya tumpukan invoice dan tagihan. Dan akhirnya satu per satu, plang nama pun diturunkan.

Beberapa tahun setelah itu bisnis internet di kota Banjarmasin sangat terasa lesu. Warnet-warnet yang bertahan dari War of The Net di awal dekade 20an pun harus berjuang setengah mati untuk bertahan hidup. Survival!

Entah apa yang kembali menggairahkan bisnis internet setahun belakangan ini? Satu persatu warnet-warnet kembali bermunculan. Apakah memang saat ini potensi pengguna internet di Banjarmasin meningkat sebegitu tajam? ataukah ini sekedar bisnis latahan? yang dibangun berdasarkan 'melihat orang lain sepertinya berhasil.'

Seorang rekan dari Balikpapan yang mengunjungiku beberapa hari yang lalu sempat berkomentar, bahwa orang Banjarmasin ini punya kebiasaan yang menarik, yaitu suka latah. Bukan latah dalam hal perkataan atau perbuatan, tapi latah dalam perilaku bisnis. --- Aku hanya tersenyum menanggapinya, sepertinya memang begitu adanya.

Meski ini bukan lagi lima tahun yang lalu, tapi aku kembali merasakan bahwa potensi pemicu terjadinya peristiwa lima tahun yang lalu masih tetap ada. Potensi-potensi konflik yang terkadang hanya dipicu oleh masalah sepele, egoisme, premanisme, atau hanya karena ketidak siapan seseorang menerima persaingan bisnis yang sehat dan kurangnya etika bisnis antar para pengusaha bisnis warnet yang boleh dibilang masih sangat muda, dan hampir semua berusia dibawah 30 tahun. Adalah titik yang sangat rawan, pemicu terjadinya kembali War of The Net.

Mungkin ada baiknya jika ide yang sempat disampaikan oleh seorang rekan wartawan di sebuah harian lokal terkenal yang terbit di kota Banjarmasin, saat mewawancaraiku beberapa bulan yang lalu benar-benar diwujudkan. Yaitu terbentuknya assosiasi antar warnet di kota Banjarmasin. Hal ini sangat diperlukan sebagai antisipasi terjadinya kejadian 5 tahun yang lalu, yang menghabiskan lebih dari 50% warnet yang ada saat itu. Karena bisa saja pemicunya nanti bukan dari pihak warnet-warnet itu sendiri, tapi dari pihak ketiga yang punya tujuan dan kepentingan bisnis tersendiri.

Namun sampai hal itu dapat terlaksana, saat ini kita hanya bisa menahan nafas dan berharap bahwa tidak ada pihak manapun yang berpikiran terlalu bodoh untuk memulai kembali War of The Net.

SAY NO! TO WAR OF THE NET --- WHITEFLAG!!!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home